Selasa, 31 Juli 2012


PROSES GEOLOGI DAN PERUBAHAN BENTANG ALAM


1. Pendahuluan
Proses proses geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik yang berasal dari dalam
bumi (endogen) maupun yang berasal dari luar bumi (eksogen). Gaya endogen adalah gaya yang
berasal dari dalam bumi seperti orogenesa dan epirogenesa, magmatisme dan aktivitas volkanisme,
sedangkan gaya eksogen adalah gaya yang bekerja di permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan
mass-wasting serta sedimentasi. Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang
memberi andil terhadap perubahan bentuk bentangalam (landscape) yang ada di permukaan bumi.
Pada gambar 4.1 disajikan suatu bagan yang memperlihatkan proses-proses geologi (endogen &
eksogen) sebagai agen  dalam perubahan bentuk bentangalam.



Gambar 4.1 Proses-proses geologi (proses endogenik dna proses  eksogenik)  
dan perubahan bentangalam

2  Gaya Endogen
Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi. Gaya yang berasal dari dalam bumi dapat
berupa gempabumi, magmatisme, volkanisme, orogenesa dan epirogenesa.  Aktivitas Tektonik
adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada kerak bumi
(lithosphere). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkan gempabumi, pembentukan
pegunungan (orogenesa), dan aktivitas magmatis/aktivitas gunungapi (volcanism). Aktivitas
magmatis adalah segala aktivitas magma yang berasal dari dalam bumi. Pada hakekatnya aktivitas
magmatis dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti tumbukan lempeng baik secara convergent,
divergent dan atau transform. Pembentukan material kulit bumi (batuan) yang terjadi di Pematang
tengah samudra adalah salah satu contoh dari aktivitas magma, sedangkan pembentukan
gunungapi di kepulauan Hawaii adalah contoh lain dari aktiitas magma yang terjadi di sepanjang
batas lempeng (transforms). Produk dari aktivitas magma dapat menghasilkan batuan beku, baik
batuan beku intrusive dan batuan beku ekstrusive.


3.  Bentangalam Endogen
Bentangalam endogen adalah bentangalam yang  proses pembentukannya/ genetikanya dikontrol
oleh gaya-gaya endogen, seperti aktivitas gunungapi, aktivitas magma dan aktivitas tektonik
(perlipatan dan patahan). Bentuk bentangalam  endogen secara geomorfologi dikenal sebagai
bentuk bentangalam konstruksional (constructional landforms). Adapun bentuk-bentuk
bentangalam endogen antara lain adalah :


3.1  Bentangalam Struktural (Structural/Tectonic Landforms)
Bentangalam Struktural adalah bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya
tektonik seperti perlipatan dan atau patahan. Gambar 4.2 adalah blok diagram dari suatu patahan
sesar mendatar yang menghasilkan bentuk bentuk bentangalam antara lain Gawir, Bukir Tertekan
(pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, dan Offset River.







Gambar 4.2  Blok diiagram yang memperlihatkan bentuk-bentuk bentangalam yang terjadi di 
daerah patahan, khusunya di wilayah yang terkena sesar mendatar (strike slip 
fault), antara lain Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter 
Ridge, dan Offset River   

1.  Morfologi Escarpments (Morfologi Gawir Sesar)
Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana salah satu
lerengnya merupakan bidang sesar. Morfologi gawir sesar biasanya dicirikan oleh bukit yang
memanjang dengan perbedaan tinggi yang cukup  ekstrim antara bagian yang datar dan bagian
bukit. Pada umumnya bagian lereng yang merupakan bidang sesar diendapkan material hasil erosi
(talus) membentuk morfologi kaki lereng dengan berelief landai. Pada sesar mendatar, pergeseran
memungkinkan salah satu bagian bergerak kearah atas terhadap bagian lainnya yang kemudian
membentuk gawir. Pada gambar 4.3 diperlihatkan salah satu bentuk gawir sesar yang ada di
wilayah “Owen Valley” dan sesar ini terbentuk  bersamaan dengan terjadinya gempabumi pada
tahun 1872. Tampak pada gambar, bagian depan berupa dataran dan latar belakang berupa gawir
dengan endapan talus yang diendapkan didepan bidang sesar.

2.  Morfologi Pressure Ridge (Morfologi Bukit Tertekan)
Morfologi “Pressure Ridge” (Bentangalam Bukit Tertekan) adalah bentangalam yang berbentuk
bukit dan terjadi sebagai akibat gaya yang bekerja pada suatu sesar mendatar dan akibat tekanan
tersebut mengakibatkan batuan yang berada disepanjang patahan terpatahkan menjadi beberapa
bagian yang kemudian menekan batuan tersebut  kearah atas (Gambar 4.4).





Gambar 4.3 Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) yang                Gambar 4.4  Morfologi Presure Ridges (Bukit Tertekan)
berupa bukit dengan lereng sebagai bidang                                  yang berupa bukit hasil dari pengangkatan
sesar dan dicirikan oleh perbedaan relief                                        yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja
yang cukup ektrim antara dataran dan                                            disepanjang patahan.
perbukitan.   


3.  Morfologi “Sag Basin” (Morfologi Cekungan Kantong)
Morfologi Sag Basin adalah bentangalam yang terbentuk dari hasil pergeseran sesar mendatar
(strike slip fault), dengan bentuk relief yang lebih rendah (depresi) dibandingkan dengan
pasangannya (Gambar 4.5). Morfologi “Sag Basin” merupakan pasangan dari morfologi “Pressure
Ridge” dan morfologi ini hanya terbentuk pada sesar mendatar saja.  

4.  Morfologi “Shutter Ridge” (Morfologi Bukit Terpotong)
Morfologi shutter ridge (bukit terpotong) umumnya juga dijumpai pada sesar mendatar (Gambar
4.6). Shutter ridges terjadi apabila salah satu sisi dari bidang sesar merupakan bagian  tanah yang
berelief tinggi dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan yang lebih rendah. Perbedaan
relief ini disebabkan oleh pergeseran yang terjadi disepanjang patahan mendatar dan seringkali
mengakibatkan tesrumbatnya aliran sungai.




Selasa, 28 Desember 2010

Mobilitas Penduduk Indonesia

Meliputi pengertian : urbanisasi, reurbanisasi, emigrasi, imigrasi, remigrasi, transmigrasi.

Semua orang yang mendiami wilayah Indonesia disebut penduduk Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk yang diadakan setiap 10 tahun sekali, diperoleh data jumlah penduduk Indonesia sebagai berikut :

a. Tahun 1961 = 97,1 juta jiwa
b. Tahun 1971 = 119,2 juta jiwa
c. Tahun 1980 = 147,5 juta jiwa
d. Tahun 1990 = 179.321.641 juta jiwa
e. Tahun 2004 = 238.452 juta jiwa

Sensus penduduk (cacah jiwa) adalah pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan data kependudukan. Jumlah pendudukditentukan oleh :

a. Angka kelahiran;

b. Angka kematian;

c. Perpindahan penduduk, yang meliputi :

1. Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.

2. Reurbanisasi, yaitu perpindahan penduduk kembali ke desa.

3. Emgrasi, yaitu perpindahan penduduk ke luar negeri.

4. Imigrasi, yaitu perpindahian penduduk dari luar negeri ke dalamnegeri.

5. Remigrasi, yaitu perpindahan penduduk kembali ke negara asal.

6. Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau kepulau lain dalam satu negara.

Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pemerintah menggalakkan program transmigrasi. Adapun jenis-jenis transmigrasi yang ada adalah :
1. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung pemerintah ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat.
2. Transmigrasi spontan/swakarsa, yaitu transmigrasi yang seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri. Pemerintah hanya menyediakan lahan pertanian dan rumah.
3. Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dalam satu wilayah provinsi.
4. Transmigrasi khusus/sektoral, yaitu transmigrasi yang dilakukan karena penduduk terkena bencana alam.
5. Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa berikut pejabat-pejabat pemerintahan desa.

Untuk mengatur kelahiran penduduk, pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Program KB juga mengarah pada catur warga, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Ternyata program KB di Indonesia berhasil sangat baik dan bahkan dijadikan contoh oleh banyak negara untuk mengatasi masalah kependudukan.

Sabtu, 04 Desember 2010

Geografi

Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.

Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).

Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.

Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.

James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.

Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.

Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

  • Where is it?
  • Why is it there?
  • So what?

Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.

Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:

1. The spatial tradition

Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this trend was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline.

2. The area studies tradition

Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region.

3. The man-land tradition

Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term "human-environment" to describe this tradition.

4. The Earth sciences tradition

Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers -- even if they focus on human geography -- receive some training in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.

Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.

Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.

Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).

2. Obyek Geografi

Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.

Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.

Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.

Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

3. Prinsip Geografi

Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.

Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.

  1. Prinsip Penyebaran
    Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
  2. Prinsip Interelasi
    Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
  3. Prinsip Deskripsi
    Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
  4. Prinsip Korologi
    Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.

4. Konsep Esensial Geografi

Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.

Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.

Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:

  1. bumi sebagai planet
  2. variasi cara hidup
  3. variasi wilayah alamiah
  4. makna wilayah bagi manusia
  5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia

Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.

Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:

  1. wilayah atau regional
  2. lapisan hidup atau biosfer
  3. manusia sebagai faktor ekologi dominan
  4. globalisme atau bumi sebagai planet
  5. interaksi keruangan
  6. hubungan areal
  7. persamaan areal
  8. perbedaan areal
  9. keunikan areal
  10. persebaran areal
  11. lokasi relatif
  12. keunggulan komparatif
  13. perubahan yang terus menerus
  14. sumberdaya dibatasi secara budaya
  15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta

Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.

5. Ruang Lingkup Geografi

Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.

Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.

Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.

6. Hakekat Geografi

Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.

Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.

Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.

Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.

7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi

Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.

Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:

  1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
  2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
  3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
  4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.

Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:

  1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
  2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
  3. Geografi regional

Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.

  1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
  2. Geografi Manusia
    1. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
    2. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
    3. Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
    4. Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
    5. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
  3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.

Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.

Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.

8. Pendekatan-Pendekatan Geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

  1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
  2. pendekatan geografi

Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:

  1. pendekatan keruangan,
  2. pendekatan kelingkungan, dan
  3. pendekatan kompleks wilayah

Minggu, 11 Juli 2010

Geografi Ekonomi

Geografi ekonomi adalah studi tentang variasi wilayah dimuka bumi yang mencakup aktifitas manusia, meliputi : produksi, konsumsi, dan distribusi dalam hubungannya dengan lingkungan tempat hidupnya (Alexander, John.W dan Gibson, L James.1979. Economic Geography. Prentice, Hall of India, Private Limited.New Delhi.)

Geografi ekonomi juga disebut kajian lokasi, pengagihan, dan susunan ruangan tentang aktiviti-aktiviti ekonomi merentasi seluruh dunia. Isi yang diselidiki amat dipengaruhi oleh pendekatan perkaedahan seseorang penyelidik. Ahli teori lokasi neoklasik mengikut jejak Alfred Weber dan cenderung menumpukan lokasi perindustrian dan menggunakan kaedah kuantitatif. Sejak dekad 1970-an, dua tindak balas yang umum terhadap pendekatan neoklasikisme telah mengubah disiplin ini dengan ketara:

• Ekonomi politik Marxisme yang bercabang daripada karya David Harvey dan

• Geografi ekonomi baharu yang mengambil kira faktor-faktor sosial, budaya, dan institusi dalam ekonomi ruangan.

Geografi ekonomi biasa dianggap sebagai salah satu subbidang disiplin geografi. Bagaimanapun, pada masa kebelakangan ini, ahli-ahli ekonomi seperti Paul Krugman dan Jeffrey Sachs telah melibatkan diri dalam aktiviti-aktiviti yang boleh dianggap sebagai sebahagian geografi ekonomi. Krugman sanggup menggelar penggunaan pemikiran ruangannya pada teori perdagangan antarabangsa sebagai "geografi ekonomi baharu" yang bersaing secara langsung dengan pendekatan dalam disiplin geografi yang dikenali sebagai "geografi ekonomi baharu". Nama ekonomi kegeografian telah dicadangkan sebagai suatu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut.

Disebabkan adanya berbagai-bagai pendekatan, geografi ekonomi telah merangkumi banyak isi yang berbeza, termasuk (senarai ini tidak lengkap):

ekonomi bentuk bandar;

1 ekonomi etnik

2 ekonomi jantina

3 ekonomi penumpuan (juga dikenali sebagai "talian" atau "rangkaian")

4 gentrifikasi

5 globalisasi

6 harta tanah

7 hubungan antara alam sekitar dengan ekonomi (mengikat sejarah panjang ahli geografi mengkaji saling tindak budaya-persekitaran)

8 lokasi industri

9 pengangkutan

10 perdagangan dan pembangunan antara bangsa dan

11 teori teras-pinggir

Isi kandungan

1 Bidang kajian

2 Cabang

3 Lihat juga

4 Rujukan

5 Bacaan tambahan

6 Jurnal saintifik

7 Pautan luar

Bidang kajian

• Geografi ekonomi teori menumpukan pembinaan teori tentang susunan ruangan dan pengagihan aktiviti ekonomi.

• Geografi ekonomi kawasan mengkaji keadaan ekonomi kawasan-kawasan atau negara-negara di dunia. Ia juga mengkaji pewilayahan ekonomi.

• Geografi ekonomi kritis ialah pendekatan daripada sudut pandangan geografi kritis sezaman dan falsafahnya.

• Geografi ekonomi tingkah laku mengkaji proses kognitif yang mendasari taakulan ruangan, pembuatan keputusan lokasi, dan tingkah laku firma dan individu.

Cabang

Daripada segi tema, geografi ekonomi boleh dibahagikan kepada subdisiplin seperti yang berikut (tidak lengkap):

• Geografi Pertanian

• Geografi Industri

• Geografi Perdagangan Antarabangsa

• Geografi Sumber

• Geografi Pengangkutan dan Komunikasi.

Bagaimanapun, bidang kajian yang tersebut mungkin bertindih dengan sains geografi yang lain atau dapat dianggap sebagai satu bidang yang berasingan.

Lihat juga

• Analisis ruangan

• Ekonomi bandar

• Ekonomi luar bandar

• Geografi pembangunan

• Geografi runcit

• Gugusan perniagaan

• Model perdagangan graviti

• Sains kawasan

• Senarai topik geografi ekonomi

• Teori lokasi

Rujukan

1.Gordon L. Clark, Meric S. Gertler, and Maryann P. Feldman The Oxford Handbook of Economic Geography, Oxford University Press. ISBN 978-0-19-823410-4.

2.Steven Brakman, Harry Garretsen, Charles van Marrewijk. An Introduction to Geographical Economics.

3.Schoenberger, E. (2001): Corporate autobiographies: the narrative strategies of corporate strategists. Journal of Economic Geography 1, 277-98.

4.Yeung, Henry Wai-Chung, Neil M. Coe, and Philip F. Kelly. Economic Geography : A Contemporary Introduction. Grand Rapids: Blackwell Limited, 2007.

Bacaan tambahan

• Lloyd, P. E. - Dicken, P. (1977): Location in space - A Theoretical Approach to Economic Geography, Second Edition. Harper & Row Ltd, London.

• Massey, D. (1984): Spatial Divisions of Labour, Social Structures and the Structure of Production, MacMillan, London.

• Lee, R. - Wills, J. (1997): Geographies of Economies, Arnold, London.

• Dicken, P. (2003): Global Shift: Reshaping the Global Economic Map in the 21st Century, Fourth Edition. The Guilford Press.

• Scott, A. J (2006) Geography and Economy. Oxford University Press.

Geografi Ekonomi

Dalam seminar dan loka karya yang diadakan tahun 1988 / 1989 di Semarang, para ahli geografi Indonesia sepakat untuk menguraikan definisi geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan ( IKIP Semarang, 1989: 4). Definisi ini mengisyaratkan bahwa geografi memusatkan perhatiannya pada gejala / fenomena di muka bumi baik pada litoster, hidrosfer, atmosfer maupun biosfer dalam sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan, tetapi senantiasa dalam keterkaitan keruangan. Seminar tersebut juga menyepakati sepuluh (10) konsep esensial geografi sebagai cirri ilmu dan pengajaran geografi. Kesepuluh konsep sesensial geografi tersebut adalah, sebagai berikut :

(a) konsep lokasi

(b) konsep jarak

(c) konsep keterjangkauan

(d) konsep pola

(e) konsep morfologi

(f) konsep nilai kegunaan

(g) konsep anglomerasi

(h) konsep interaksi dan Interpendensi

(i) konsep diferensiasi areal (struktur keruangan/ distribusi keruangan)

(j) konsep keterkaitan keruangan (proses keruangan).

Menurut Bintarto (1984) Geografi mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi, baik fisik maupun makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. Batasa Geografi ini mengandung arti bahwa studi geografi merupakan pengkajian keilmuan, gejala dan masalah geografi. Geografi dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Geografi fisik

Geografi fisik menurut Nursid yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi.

2. Geografi manusia

Geografi manusia yaitu cabang geografi yang bidang studinya aspek keruangan gejala di permukaan bumi dengan mengambil manusia sebagai obyek pokoknya. (Sumaatmaja,1988:52-53 ).Nursid (1988:54 ) mendefinisikan geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri - perdagangan komunikasi - transportasi dan lain sebagainya. Sedangkan H. Robinson (1979) mengartikan geografi ekonomi sebagai ilmu yang membahas mengenai caracara manusia dalam kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan, dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alamdari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi (bahan mentah, bahan pangan, barang pabrik) kemudian usaha transportasi, distribusi, konsumsi (Suharyono, 1994 : 34). Geografi ekonomi merupakan cabang dari geografi manusia di mana bidang studinya adalah struktur keruangan aktivitas ekonomi (Miller,1984) . Geografi sebagai studi variasi keruangan di permukaan bumi di mana manusia melakukan aktivitas yang berhubungan dengan produksi, pertukaran dan pemakaian sumber daya demi kesejahteraannya. (Alexander,1963) Dengan demikian perbincangan pokok Geografi Ekonomi adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia antara lain termasuk di dalamnya bidang pertanian dalam arti luas seperti pertambangan, industri, perdagangan, pelayanan, transportasi dan komunikasi. Sejalan dengan itu Miller dan Renner (1957) mengemukakan geografi ekonomi adalah studi tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan hubungannya dengan lingkungan fisikal.

Industri

Industri dalam arti luas adalah seluruh kegiatan manusia yang produktif, jadi di sini industri meliputi juga industri pertanian, industri peternakan, pertambangan, dsb. Sedangkan dalam arti sempit industri dapat diartikan dengan bagian dari proses produksi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi.

Faktor yang menunjang dalam perindustrian di Indonesia :

a. Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak(sebagai tenaga kerja dan pemasaran/konsumen)

b. Suasana industri yang baik.

c. Jaringan komunikasi dan transportasi yang mantap.

d. Terjaminnya persediaan bahan mentah (hasil pertanian, hasil hutan, hasil laut, hasil tambang).

e. Tersedianya tenaga energi

f. Pasar dan sarana pasar yang baik

g. Perangkat pengelola yang baik.

h. Ketenteraman politik dan sosial.

i. Posisi silang Indonesia yang strategis (memperlancar pemasaran ke negara tetangga)

Syarat-syarat berdirinya suatu industri yaitu :

a. Tersedianya bahan mentah

b. Tersedianya modal

c. Tersedianya sumber tenaga seperti tenaga dari minyak bumi,batu bara, air, dan sebagainya.

d. Adanya tenaga buruh (termasuk tenaga ahli)

e. Tempat pemasaran bagi hasil industri

f. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi

g. Lokasi yang baik ( Sandy, 1985 : 158 ).

Industri di Indonesia dapat digolong-golongkan dalam beberapa macam

kelompok. Untuk mengetahui apakah suatu industri itu masuk dalam kriteria

tertentu, para ahli menggunakan kriteria yang berbeda-beda.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dikelompokkan

menjadi 4 (empat), yaitu:

a. Industri rumah tangga, jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.

b. Industri kecil, jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang.

c. Industri menengah, jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang.

d. Industri besar, jumlah tenaga kerja lebih dari 99 orang ( BPS,1999:3 ).

Berdasarkan penyelenggaraannya,industri dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Industri besar, mempunyai ciri-ciri:

1) Modal yang digunakan besar, bisa berasal dari pemerintah, swasta nasional, patungan ataupun modal asing.

2) Menggunakan mesin-mesin modern dalam produksinya

3) Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja terdidik, yang termasuk didalam industri besar adalah industri syrup, industri tekstil, industri kertas, industri pengolahan kayu, industri otomotif, dan lainlain.

b. Industri rakyat/industri kecil yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Produksinya banyak menggunakan tenaga

2) Menggunakan alat-alat dan teknik sederhana

3) Tempat produksi dilakukan di rumah

4) Upah pekerjanya rendah

Yang termasuk di dalam industri rakyat/kecil ini adalah industri tenun, industri batik, industri anyaman, industri kerajinan kulit dan lain-lain . Perusahaan syrup sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi luar pertanian penduduk pedesaan, merupakan perwujudan dari hubungan dinamis manusia dengan lingkungan di mana ia tinggal (Bintarto, 1984). Kegiatan industri syrup tidak timbul dengan sendirinya melainkan manusia yang mengembangkan melalui suatu proses untuk mengatasi masalah tenaga kerja dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tujuan utama dari kebijaksanaan tenaga kerja secara rasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat. Dengan anggapan bahwa bekerja dapat menghasilkan sejumlah pendapatan,maka perluasan kesempatan kerja dapat meningkatkan pendapatan khususnya bagi rumah tangga berpenghasilan rendah (Rozani Nur Manaf,1981). Geografi ekonomi dalam kajiannya mempelajari fakta-fakta, mencari sebab akibat, menelusuri kecenderungan dan pola dari kegiatan ekonomis manusia serta menjelaskan aneka pengaruh yang mewarnai produksi. Industri merupakan kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, atau pengolahan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang lebih bermanfaat.

Teori Lokasi Industri (Walter Christaller)

Walter Christaller pada tahun 1933 menulis buku yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Central Places In Southern Germany (diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966). Dalam buku ini Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri dimana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti. Itulah sebabnya disebut sistem K=3 dari Christaller.

Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri berikut:

1. Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama.

2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface).

3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.

4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

Luas pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah asumsi. Makin tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah pemasaran minimal, begitu sebaliknya. Dalam hal ini misalnya wilayah pemasaran minimal itu adalah dengan radius 4 km. Wilayah pemasaran minimal disebut thereshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditas yang sama dalam ruang threshold . Apabila ada, salah satu akan gulung tikar atau kedua-duanya akan gulung tikar dan kemudian muncul pengusaha baru. Bentuk hubungan antara range dan threshold dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar : Luas jangkauan range dan threshold

Model Chistaller tentang terjadinya model area perdagangan heksagonal sebagai berikut:

1. Mula-mula terbentuk areal perdagangan satu komoditas berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari komoditas tersebut.

2. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang lingkarannya boleh tumpangtindih.

3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.

4. Tiap barang berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3, barang orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal barang orde II. Barang orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal barang orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang-tindih.

Gambar : Kronologi terjadinya area perdagangan heksagonal

Berdasarkan model k=3, pusat dari hierarki yang lebih rendah berada pada sudut dari hierarki yang lebih tinggi sehingga pusat yang lebih rendah berada pada pengaruh dari tiga hierarki yang lebih tinggi darinya.

Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang dari berbagai jenis barang.

Christaller menyatakan bahwa produsen berbagai jenis barang untuk orde yang sama cenderung berlokasi pada titik sentral di wilayahnya dan hal ini mendorong terciptannya kota.

Terjadinya Konsentrasi Produsen/Pedagang dari barang sejenis

Uraian tentang range dan thereshold dapat menjelaskan mengapa terjadi konsentrasi dari berbagai jenis usaha pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak dapat menjelaskan mengapa dipasar juga ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis juga memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi/berdekatan.

Konsep thereshold tidak memungkinkan produsen/pedagang sejenis berada berdekatan karena pada satu ruang threshold hanya boleh ada satu produsen/pedagang. Apabila berdekatan harus ada yang gulung tikar dan yang tersisa hanya satu produsen/pedagang. Jadi kemungkinan penjesalannya adalah hanya mungkin lewat penelaahan sikap manusia. Adalah menjadi sifat manusia untuk berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas waktu tertentu dengan harga yang semurah mungkin. Apabila pembeli hanya berhadapan dengan seorang penjual, harga yang ditawarkan penjual menjadi tidak jelas bagi pembeli, apakah harga itu adalah harga terendah yang dapat dia peroleh atau tidak.

Dengan berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama, pembeli mendapat kesempatan untuk membandingkan harga di antara para penjual dan akan membeli pada penjual yang menawarkan harga terendah (pembeli butuh informasi untuk membuat keputusan). Hal ini membuat lokasi yang memiliki banyak penjual barang sejenis, lebih memiliki daya tarik bagi pembeli ketimbang lokasi yang hanya memiliki sedikit penjual.